Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika
yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu
senyawa diatomik atau poliatomik
menjadi stabil.
Atau pada konsep lain, Ikatan Kimia adalah gaya
yang mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1916
oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946)
dari Amerika dan Albrecht Kossel (1853-1927)
dari Jerman (Martin S. Silberberg, 2000).
Contoh model titik Lewis yang menggambarkan ikatan kimia anatara karbon C, hidrogen H, dan oksigen O.
Konsep
tersebut, menyatakan bahwa :
1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe,
dan Rn) sukar membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia
memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki
susunan elektron yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan
melepaskan elektron atau menangkap elektron.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya
dapat dicapai dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara
melepaskan elektron,menangkap elektron, maupun pemakaian elektron
secara bersama-sama.
Pada strukturnya, konsep ini menyatakan bahwa ikatan kimia
kecenderungan mencapai keadaan stabil melalui ikatan ion dan pemakaian pasangan
elektron bersama ikatan kovalen.
Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki
struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu
struktur elektron gas mulia (Golongan VIII A). Atau dengan proses, antara
dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul.
Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya gaya
yang menahan atom-atom dalam molekul.
Struktur elektron pada gas mulia
dikatakan stabil karena susunan elektronnya berjumlah 8
elektron di kulit terluar, kecuali helium (mempunyai konfigurasi elektron
penuh).
Hal ini dikenal dengan konfigurasi
oktet, kecuali helium dengan konfigurasi duplet.
Sejarah Ikatan Kimia yaitu sifat –
sifatnya yang berawal dari abad ke-12 mengganggap spesi kimia tertentu disatukan oleh
sejenis afinitas kimia. Pada tahun 1704, Isaac Newton menggarisbesarkan
teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya dengan mengatakan atom-atom disatukan
satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun
1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jöns Jakob Berzelius mengembangkan sebuah teori kombinasi kimia yang
menekankan sifat-sifat elektrogenativitas dan elektropositif dari atom-atom
yang bergabung. Pada pertengahan abad ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule,
A.S. Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe, beranjak
pada teori radikal, mengembangkan teori valensi yang
pada awalnya disebut "kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan
sebuah senyawa tergabung berdasarkan atraksi kutub positif dan kutub negatif.
Pada tahun 1916, kimiawanGilbert N. Lewis mengembangkan
konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini
mengatakan dua atom dapat berkongsi satu sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga.
Dalam
kata-kata Lewis sendiri:
“
|
An electron may form a part of the shell of two
different atoms and cannot be said to belong to either one exclusively.
|
”
|
Pada tahun
yang sama, Walther Kossel juga
mengajukan sebuah teori yang mirip dengan teori Lewis, namun model teorinya
mengasumsikan transfer elektron yang penuh antara atom-atom. Teori ini
merupakan model ikatan polar. Baik Lewis
dan Kossel membangun model ikatan mereka berdasarkan kaidah Abegg (1904).
Pada tahun
1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh atas
ikatan kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind
Burrau. Hasil kerja ini menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan
kimia dapat secara mendasar dan kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu
dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan molekul yang memiliki lebih dari satu
elektron. Pendekatan yang lebih praktis namun kurang kuantitatif dikembangkan
pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode
Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode orbital molekul kombinasi
linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear combination of
atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO, diperkenalkan
oleh Sir John Lennard-Jones yang bertujuan
menurunkan struktur elektronik dari molekul F2 (fluorin) dan O2 (oksigen) berdasarkan
prinsip-prinsip dasar kuantum. Teori orbital molekul ini
mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh orbital-orbital
atom mekanika kuantum Schrödinger yang telah dihipotesiskan untuk atom berelektron
tunggal. Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat diselesaikan
secara analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang memberikan hasil dan
prediksi yang secara kualitatif cukup baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif
pada kimia kuantum modern menggunakan baik teori ikatan valensi
maupun teori orbital molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan
ketiga, teori fungsional rapatan (Bahasa
Inggris: density functional theory), mulai mendapatkan perhatian
yang lebih akhir-akhir ini.
Pada tahun
1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada molekul
dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya
menggunakan fungsi-fungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka juga
menggunakan fungsi yang secara eksplisit memperhitungkan jarak antara dua
elektron. Dengan 13 parameter yang dapat diatur, mereka mendapatkan hasil
yang sangat mendekati hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam hal energi
disosiasi. Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil
yang sangat sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas
sains bahwa teori kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil
eksperimen. Namun pendekatan ini tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti
yang terdapat pada teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Selain itu,
ia juga sangat sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang lebih
besar.
Ikatan
Ion
Ikatan
ion (ikatan elektrokovalen) adalah jenis ikatan kimia yang
dapat terbentuk antara ion-ion logam dengan non-logam (atau
ion poliatomik seperti amonium) melalui gaya tarik-menarik elektrostatik.
Dengan kata lain, ikatan ion terbentuk dari gaya tarik-menarik antara dua ion
yang berbeda muatan. Misalnya pada garam meja (natrium klorida). Ketika natrium (Na)
dan klor (Cl)
bergabung, atom-atom natrium kehilangan elektron, membentuk kation (Na+),
sedangkan atom-atom klor menerima elektron untuk membentuk anion (Cl-).
Ion-ion ini kemudian saling tarik-menarik dalam rasio 1:1 untuk membentuk
natrium klorida.
Na + Cl → Na+ +
Cl- → NaCl
Menurut konsep James E.
Brady (1990), Ikatan ion adalah ikatan
yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain. Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron (logam) dengan atom
yang menangkap elektron
(bukan logam). Atom logam, setelah melepaskan elektron berubah menjadi ion positif. Sedangkan atom bukan
logam, setelah menerima
elektron berubah menjadi ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik (gaya
elektrostastis) yang disebut
ikatan ion (ikatan elektrovalen).
Ikatan ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada
suhu kamar, semua senyawa
ion berupa zat padat kristal dengan struktur tertentu.
Dengan mengunakan lambang Lewis, pembentukan NaCl
digambarkan sebagai
berikut.
NaCl mempunyai struktur
yang berbentuk kubus, di mana tiap ion Na+dikelilingi oleh 6 ion Cl– dan
tiap ion Cl– dikelilingi oleh 6 ion Na+.
Pembentukan Ikatan Ion :
Telah
diketahui sebelumnya bahwa ikatan antara natrium dan klorin dalam narium
klorida terjadi karena adanya serah terima elektron. Natrium merupakan logam
dengan reaktivitas tinggi karena mudah melepas elektron dengan energi ionisasi
rendah sedangkan klorin merupakan nonlogam dengan afinitas atau daya penagkapan
elektron yang tinggi. Apabila terjadi reaksi antara natrium dan klorin maka
atom klorin akan menarik satu elektron natrium. Akibatnya natrium menjadi ion
positif dan klorin menjadi ion negatif. Adanya ion positif dan negatif
memungkinkan terjadinya gaya tarik antara atom sehingga terbentuk natrium
klorida. Pembentukan natrium klorida dapat digambarkan menggunakan penulisan Lewis
sebagai berikut:
Pembentukan NaCl
Pembentukan NaCl
dengan lambang Lewis
Ikatan ion
hanya dapat tebentuk apabila unsur-unsur yang
bereaksi mempunyai perbedaan daya tarik elektron (keeelektronegatifan)
cukup besar. Perbedaan keelektronegatifan yang
besar ini memungkinkan terjadinya serah-terima
elektron. Senyawa biner logam alkali dengan
golongan halogen semuanya bersifat ionik. Senyawa logam alkali
tanah juga bersifat ionik, kecuali untuk beberapa senyawa yang terbentuk dari
berilium.
Susunan
Senyawa Ion
Aturan oktet
menjelaskan bahwa dalam pembentukan natrium klorida, natrium
akan melepas satu elektron sedangkan klorin akan
menangkap satu elektron. Sehingga terlihat bahwa satu atom klorin
membutuhkan satu atom natrium. Dalam
struktur senyawa ion natrium klorida, ion
positif natrium (Na+)
tidak hanya berikatan dengan satu ion negatif klorin (Cl-) tetapi satu ion Na+ dikelilingi
oleh 6 ion Cl- demikian
juga sebaliknya. Struktur tiga dimensi natrium
klorida dapat digunakan untuk menjelaskan susunan senyawa ion.
Struktur kristal kubus
NaCl
Senyawa
ion dapat diketahui dari beberapa sifatnya, antara lain :
Ò Merupakan zat padat dengan titik leleh dan titik
didih yang relatif tinggi. Sebagai contoh, NaCl meleleh pada 801 °C.
Ò Rapuh, sehingga hancur jika dipukul.
Ò Lelehannya menghantarkan listrik.
Ò Larutannya dalam air dapat menghantarkan
listrik.
Contoh lain
pembentukan Ion :
a. Pembentukan MgCl2
Mg (Z = 12) dan Cl (Z = 17) mempunyai konfigurasi
elektron Sebagai berikut.
- Mg : 2, 8, 2
- Cl : 2, 8, 7
Mg dapat mencapai konfigurasi gas mulia dengan
melepas 2 elektron, sedangkan Cl dengan menangkap 1 elektron. Atom Mg berubah menjadi ion Mg2+, sedangkan atom Cl
menjadi ion Cl–.
- Mg (2, 8, 2) → Mg2+ (2,
+ 2 e–
(konfigurasi elektron ion Mg2+ sama
dengan neon)
- Cl (2, 8, 7) + e– → Cl– (2,
8,
(konfigurasi elektron ion Cl– sama
dengan argon)
Ion Mg2+ dan ion Cl– kemudian
bergabung membentuk senyawa dengan rumus MgCl2.
Dengan menggunakan lambang Lewis, pembentukan
MgCl2 dapat digambarkan sebagai berikut.
b. Ikatan antara atom 12Mg dan dalam MgO
Konfigurasi elektron Mg dan O adalah:
Mg : 2, 8, 2
(melepas 2 elektron)
O
: 2, 6 (menangkap 2 elektron)
Atom O akan
memasangkan 2 elektron, sedangkan atom Mg juga akan memasangkan 2 elektron.
c . Ikatan ion
pada 19K dan dalam K2O Konfigurasi elektron:
K : 2, 8, 8, 1
(melepas 1 elektron) membentuk K+
O : 2, 6
(menerima 2 elektron) membentuk O2 – 2 K+ + O2– → K2O
d. Ikatan ion
pada Fe (elektron valensi 3) dengan Cl (elektron valensi 7)
membentuk
FeCl3 Fe mempunyai elektron valensi 3 akan membentuk Fe3+Cl mempunyai elektron
valensi 7 akan membentuk Cl–Fe3+ + 3 Cl– → FeCl3
No comments:
Post a Comment